





RESUM
BUKU
SEJARAH
PERADABAN ISLAM
Disarah
Islamiyah II
Dr.Badri Yatim, M.A.
Devisi
buku perguruan tinggi
PT . RajaGrafindo Persada
Jakarta
B. RIWAYAT HIDUP
MUHAMMAD
A. ARAB SEBELUM ISLAM
Ketika
Nabi Muhammad Saw. lahir (570 M), Makkah adalah sebuah kota yang sangat penting
dan terkenal diantara kota-kota di negeri Arab, Baik karena tradisinya maupun
karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai, menghubungkan
Yaman di selatan dan Syiria di utara. Dengan adanya Ka’bah ditengah kota,
Makkah menjadi pusat keagamaan Arab. Ka’bah adalah tempat mereka berziarah.
Didalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala utama, Hubal. Makkah
kelihatan makmur dan kuat. Agama dan masyarakat Arab ketika itu mencerminkan
realitas kesukuan masyarakat jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi.
Jazirah
Arab memang merupakan kediaman mayoritas bangsa Arab yang terbagi menjadi dua
bagian besar, yaitu bagian tengah dan pesisir. Disana tidak ada sungai yang
mengalir tetap, yang ada hanya lembah-lembah berair dimusim hujan. Sebagian
besar daerah jazirah adalah padang pasir sahara yang terletak ditengah dan
memiliki keadaan dan sifat yang berbeda-beda, karena itu ia bisa dibagi menjadi
tiga bagian:
Sahara
langit memanjang 140 mil dari utara ke selatan dan 180 mil dari barat ke timur,
disebut juga sahara nufud. Oase dan mata air sangat jarang, tiupan angin
seringkali menimbulkan kabut debu yang mengakibatkan daerah sukar ditempuh.
Sahara
selatan yang membentang penyambung sahara langit kea rah timur sampai selatan
Persia. Hampir seluruhnya merupakan dataran keras, tandus dan pasir
bergelombang. Daearah ini juga disebut dengan al-Rub’ al-Khali (bagian yang
sepi).
Sahata
Harrat, suatu daerah yang terdiri dari tanah liat yang berbatu hitam bagaikan
terbakar. Gugusan-gugusan batu hitam itu menyebar keluasan sahara ini,
seluruhnya mencapai 29 buah.
Penduduk
sahara sangat sedikit terdiri dari suku-suku badui yang mempunyai gaya hidup
pedesaan dan nomadic, berpindah dari daerah satu ke daerah yang lain guna
mencari air dan padang rumput untuk binatang gembalaan mereka, kambing dan
onta.
B . RIWAYAT HIDUP NABI MUHAMMAD : DAKWAH DAN PERJUANGAN
1. SEBELUM MASA
KERASULAN
Muhammad
Saw. adalah anggota Bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam suku
Quraisy. Kabilah ini memegang jabatan siqayah. Nabi Muhammad lahir dari
keluarga terhormat yang relative miskin. Ayahnya bernama Abdullah anak Abdul
Muthallib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya adalah
Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah. Tahun kelahiran nabi dikenal dengan nama
Tahun Gajah (570 M). Dinamakan demikian, karena pada tahun itu gubernur
kerajaan Habsyi (Ethiopia), dengan menunggang kuda menyerbu Makkah untuk
menghancurkan Ka’bah.
Muhammad
lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya Abdullah, meninggal dunia tiga bulan
setelah dia menikahi Aminah. Muhammad kemudian diserahkan kepada ibu pengasuh,
Halimah Sa’diyah. Dalam asuhannyalah Muhammad dibesarkan sampai usia empat
tahun. Setelah itu, kurang lebih dua tahun ia berada dalam asuhan ibu
kandungnya. Ketika berusia enam tahun ia menjadi yatim piatu. Setelah Aminah
meninggal, Abdul Muthallib mengambil alih tanggung jawab merawat Muhammad.
Namun, dua tahun berselang Abdul Muthallib meninggal dan selanjutnya Abu Thalib
menjadi pengasuhnya.
Masa
muda, Muhammad hidup dengan mengembala kambing keluarga dan penduduk Makkah.
Melalui tempat pengembalaan ini, ia bisa merenung dan berpikir. Dalam suasana
demikian, ia ingin melihat sesuatu dibalik semuanya. Ia dating ke Dyiria
(Syam), pada usia 12 tahun dalam rombongan kafilah dagang. Pada usia 25 tahun,
Muhammad berangkat lagi ke Syiria membawa barang dagangan saudagar wanita kaya
raya yang telah lama menjanda, Khatijah. Dalam perdagangan ini, Muhammad
memperoleh laba yang besar, Khatijah kemudian melamarnya. Lamaran diterima dan
perkawinan segera dilaksanakan. Ketika itu, Muhammad berusia 25 tahun dan
Khatijah 40 tahun.
2. MASA KERASULAN
Menjelang
usia 40 tahun, ia sudah terlalu biasa memisahkan diri dari kegalauan
masyarakat, berkontemplasi di Gua Hira, beberapa kilometer di utara Makkah. Di
sana Muhammad mula-mula berjam-jam kemudian berhari-hari bertafakkur. Pada tanggal
17 Ramadhan tahun 611 M, malaikat Jibril muncul dihadapannya dan menyampaikan
wahyu pertama dari Allah. Setalah wahyu pertama itu dating, Jibril tidak muncul
lagi untuk beberapa lama, sementara Nabi Muhammad menantikannya dan selalu
dating ke Gua Hira’. Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu yang membawa
perintah kepadanya.
Dengan
turun nya perintah itu , mulailah rosulullah berdakwah . pertama tama , beliau
melakukan nya secara diam –diam di lingkungan sendiri dan di kalangan rekan
rekan nya .setelah berapa lama dakwah tersebut secara individual turun lah
perintah agar nabi berdakwak secara terbuka .
Dalam
poin ini lebih diprioritaskan pada bahasan tentang Nabi Muhammad saw. yang
berhubungan dengan riwayat hidup Muhammad, meliputi Arab sebelum Islam, Dak’wah
dan perjuangan, dan pembentukan Negara Madinah.
C. MASA KEJAYAAN ISLAM I
(650-1000 M)
1. KHALIFAH
RASYIDAH
Nabi
Muhammad saw. tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan
beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Karena itulah,
tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi janazahnya dimakamkan, sejumlah
tokoh muhajirin dan anshor berkumpul dib alai kota Bani Sa’idah, Madinah. Mereka
memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah itu
berjalan cukup a lot karena masing-masing pihak, baik muhajirin maupun anshor
sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam.
Namun,
dengan semangat ukhuwah Islamiah yang tinggi, akhirnya Abu Bakar terpilih.
Rupanya semangat keagamaan Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat
Islam, sehingga masing-masing pihak menerima dan membaiatnya.
Sebagai
pemimpin umat Islam setelah Rasul, Abu Bakar disebut Khalifah Rasulillah (pengganti
Rasul) yang dalam perkembangan selanjutnya disebut khalifah saja. Khalifah
adalah pemimpin yang diangkat sesudah nabi wafat untuk menggantikan tugas
beliau sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan.
Tampaknya,
kekuasaan yang dijalankan Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasulullah, bersifat
sentral; kekuasaan legislative, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan
khalifah. Selain menjalankan roda kepemerintahan, khalifah juga melaksanakan
tugas hukum. Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad, Abu Bakar selalu
mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.
Ketika
Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para
pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan maksud
untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan dikalangan
umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar ternyata diterima masyarakat yang segera
secara beramai-ramai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya Khalifah
Khalifati Rasulillah (pengganti dan pengganti Rasulullah). Ia juga
memperkenalkan istilah Amir al-Mu’minin (komandan orang-orang
yang beriman).
Di
zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi, ibu
kota Syiria, Damaskus, jatuh tahun 635 M. dan setahun kemudian, setelah tentara
Bizantium kalah dipertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syiria jatuh kebawah
kekuasaan Islam. Dengan memakai Syiria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke
Mesir di bawah kepemimpinan ‘Amr ibn ‘Ash dank e Irak dibawah pimpinan Sa’ad
ibn Abi Waqqash. Iskandaria, ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. dengan
demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qudsiyah, sebuah kota dekat
Hirah di Irak, jatuh pada tahun 637 M. dari saba peperangan dilanjutkan ke ibu
kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Mosul
dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar, wilayah kekuasaan
Islam sudah meliputi Jazirah Arab. Palestina, Syiria, sebagian besar wilayah
Persia dan Mesir.
Karena
perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi Negara
dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia.
Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah,
Madinah, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang
dipandang perlu didirikan. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem
pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan
lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan
ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian juga pekerjaan
umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang
dan menciptakan tahun hijrah.
Di
masa pemerintahan Usman ibn Affan (644-655 M), Armenia, Tunisia, Cyprus,
Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania dan Tabaristan
berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai disini. Pemerintahan
Usman berlangsung selama 12 tahun. Pada masa paroh terakhir masa
kekhalifaannya, muncul perasaan tidak puas dan kecewa dikalangan umat Islam
terhadapnya, kepemimpinan Usman memang berbeda dengan kepemimpinan Umar. Ini
mungkin karena umurnya yang lanjut (diangkat dalam usia 70 tahun) dan sifatnya
yang lemah lembut. Akhirnya, pada tahun 35 H / 655 M, Usman dibunuh oleh kaum
pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang kecewa itu.
Salah
satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat kecewa terhadap kepemimpinan Usman
adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang
terpenting diantaranya adalah Marwan ibn Hakam. Dialah pada dasarnya yang
menjalankan roda kepemerintahan, sedangkan Usman hanya menyandang gelar
khalifah. Setelah banyak keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan
penting. Usman laksana boneka dihadapan kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat
banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap
kesalahan bawahan. Harta kekayaan Negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa
terkontrol oleh Usman sendiri. Dengan demikian bukan berarti bahwa pada masa
Usman tidak ada kegiatan-kegiatan penting. Usman berjasa membangun bendungan
untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota.
Dia juga yang membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid, dan
memperluas masjid nabi di Madinah.
Setelah
Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai
khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia
menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikitpun dalam masa
pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan
khalifah, Ali memecat para gubernur yang diangkat oleh Usman. Dia yakin bahwa
pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik
kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil
pendapatannya kepada Negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak
tahunan sebagaimana pernah diterapkan oleh Umar.
Tak
lama setelah itu, Ali menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alas
an mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Usman dan mereka menuntut bela
terhadap darah Usman yang telah ditumpahkan secara zalim. Kedudukan Ali semakin
lemah sebagai khalifah kemudian dijabat oleh anaknya, Hasan selama beberapa
bulan. Namun, karena Hasan ternyata lemah, sementara Mu’awiyah semakin kuat.
Maka Hasan membuat perjanjian damai. Perjanjian ini dapat mempersatukan umat
Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik. Dibawah Mu’awiyah ibn Abi
Sufyan. Disisi lain Mu’awiyah juga menjadi penguasa absolute dalam
Islam.
2. Khalifah
Bani Umayyah
Memasuki
masa kekuasaan Mu’awiyah yang menjadi awal kekuasaan Bani Umayyah, pemerintahan
yang bersifat demokrasi berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan
turun temurun). Kekhalifaan Mu’awiyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi
dan tipu daya, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak. Suksesi
kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Mua’wiyah mewajibkan seluruh
rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid. Mu’awiyah bermaksud
mencontoh kepada monarchi di Persia dan Bizantium. Dia memang
tetap menggunakan istilah khalifah, namun dia memberikan interpretasi baru dari
kata-kata itu untuk mengagungkan jawaban tersebut. Dia menyebutnya “khalifah
Allah” dalam pengertian “penguasa yang diangkat oleh Allah”.
Kekuasaan
Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota Negara dipindahkan
Mu’awiyah dari Madinah ke Damaskus, tempat ia berkuasa sebagai gubenur
sebelumnya. Khalifah-khalifah besar dinasti Bani Umayyah ini adalah Mu’awiyah
ibn Abi Sufyan (661-680 M), Abd. Al-Malik ibn Marwan (685-705 M), Al-Walid ibn
Abd. Malik (705-715 M), Umar ibn Abd al-Aziz (717-720 M), dan Hasyim ibn Abd.
Malik (724-743 M).
Ekspansi
yang terhenti pada masa khalifah Usman dan Ali dilanjutkan kembali oleh dinasti
ini. Di sebelah timur, Muawiyah dapat menguasi daerah Khurasan samapi ke sungai
Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan ke ibu
kota Bizantium, Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah
kemudian dilanjutkan oleh Abd. Al-Malik, dia mengirim tentara menyebrangi
sungai Oxus dan berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawariz, Ferghana dan
Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan,
Sind, dan daerah Punjab sampai ke Maltan.
3. Khalifah
Bani Abbas
Kekuasaan
dinasti Bani Abbas atau khalifah Abbasiyah, sebagaimana disebutkan, melanjutkan
kekuasaan Bani Umayyah, dianamakan khalifah Abbasiyah karena para pendiri dan
penguasa dinasti ini adalah keturunan al-Abbas paman Nabi Muhammad saw. Dinasti
Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Suffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah
ibn al-Abbas. Kekuasaanya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari
tahun 132 H / 750 M s/d 656 H / 1258 M. selama dinasti ini berkuasa, pola
pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik,
sosial, dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu,
para sejarawan biasanya membagi masa pemerinthan membagi masa pemerintahan Bani
Abbas menjadi lima periode;
1.
Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847
M), disebut periode pengaruh Persia pertama.
2.
Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945
M), disebut masa pengaruh Turki pertama.
3.
Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055
M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah.
Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
4.
Periode Keempat (447 H/1055 M – 590
H/1194 M), masa kekuasaan dinasni Bani Saljuk dalam pemerintahan khalifah
Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Turki kedua.
5.
Periode Kelima (590 H/1194 M – 656
H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain,tetapi kekuasaanya
hanya efektif disekitar kota Baghdad.
D. MASA DISINTEGRASI (1000-1250
M)
1. Dinasti
yang Memerdekakan Diri dari Baghdad
Disentegrasi
dalam bidang politik sebenarnya sudah mulai terjadi di akhir zaman Bani
Umayyah. Akan tetapi, berbicara tentang politik Islam dalam lintas sejarah,
akan terlihat perbedaan antara pemerintahan Bani Umayyah dengan pemerintahan
Bani Abbas. Wilayah kekuasaan Bani Umayyah, mulai dari awal berdiri sampai masa
keruntuhannya, sejajar dengan batas-batas wilayah kekuasaan Islam. Hal ini
tidak seluruhnya benar untuk diterapkan pada pemerintahan Bani Abbas. Kekuasaan
ini tidak pernah diakui di Spanyol dan Afrika Utara, kecuali Mesir yang
bersifat sementara dan kebanyakan bersifat nominal. Bahkan dalam kenyataannya,
banyak daerah tidak dikuasai khalifah. Secara riil, daerah itu berada dibawah
kekuasaan gubernur-gubernur propinsi bersangkutan. Hubungannya dengan khalifah
ditandai dengan pembayaran upeti.
Akibat
dari kebijakan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam
dari persoalan politik itu, propinsi-propinsi tertentu di pinggiran mulai lepas
dari genggaman kekuasaan Bani Abbas. Ini bisa terjadi dalam salah satu
cara: pertama, seorang pemimpin lokal memimpin suatu pemberontakan
dan berhasil memperoleh kemerdekaan penuh. Seperti Daulah Umayyah di Spanyol
dan Idrisiyah di Maroko. Kedua, seorang yang ditunjuk oleh gubernur
menjadi khalifah, kedudukannya semakin bertambah kuat, seperti Daulah
Aghlabiyah di Tunisia dan Thahiriyah di Khurasan.
Dinasti
dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan bagdad pada masa khalifah
abbasiyah , di antaranya adalah :
1.
Yang Berbangsa Persia
A. Thairiyyah
di khurasan ( 205-259 H / 820-872 M ).
B. Shafariyyah
di fars , ( 254-290 H / 869-901 M )
C. Samaniyah
di transoxania , ( 26-389 H / 873-998 M )
D. Sajiyyah
di azerbajian , ( 266-318 H / 878-930 M )
E. Buwaihiyyah
, bahkan menguasai bagdad , ( 320-447 H / 932-1055 M )
2.
Yang Berbangsa Turki .
A. Thuluniyyah
di mesir , (254-292 H / 873-903 M )
B. Ikhsidiyyah
di Turkistan , (320-560 H / 932-1163 M )
C. Ghaznawiyah
di afganistan (351-558 H / 962-1189)
D. Dinasti
Seljuk Dan Cabang – Cabangnya :
1) Seljuk
besar dan Seljuk agung , didirikan oleh Rukn Al-din abu thalib tuqhrul bek ibn
Mikali ibd Seljuk ibn tuqaq Seljuk ini menguasai Baghdad dan memerintah selama
sekitar 93 tahun ( 429-522 H / 1037-1127 M )
2) Seljuk
kirman di kirman , ( 433-583 H / 1040-1187M )
3) Seljuk
syiria atau syam di syiria , ( 487- 511 H / 1094-1117 M )
4) Seljuk
irah di irak dan Kurdistan , ( 511-590 H / 1117-1194 M )
5) Seljuk
Rum atau asia kecil di asia kecil , ( 470-700 H / 1077-1299 M )
3.
Yang Berbangsa Kurdi
4.
Yang Berbangsa Arab
5.
Yang Mengaku Dirinya Sebagai
Khalifah
2. Perebutan
kekuasaan di Pusat Pemerintahan
Faktor
lain yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun adalah perebutan
kekuasaan di pusat pemerintahan. Hal ini sebenarnya juga terjadi pada
pemerintahan-pemerintahan Islam sebelumnya. Tetapi, apa yang terjadi pada pemerintahan
Abbasiyah berbeda dengan yang terjadi sebelumnya. Pertumpahan darah pertama
dalam Islam karena perebutan kekuasaan terjadi pada masa kekhalifaan Ali ibn
Abi Thalib. Pertama-tama, Ali menghadapi pemberontakan dari Thalhah, Zubair dan
Aisyah. Alasan pemberontakan itu adalah Ali tidak mau menghukum para pembunuh
Usman.
Pada
masa pemerintahan Bani Abbas, perebutan kekuasaan seperti itu juga terjadi,
terutama di awal berdirinya. Akan tetapi, pada masa-masa berikutnya, seperti
yang terlihat pada periode kedua dan seterusnya, meskipun khalifah tidak
berdaya, tidak ada usaha untuk merebut jabatan khalifah dari tangan Bani Abbas.
Hal ini disebabkan khalifah sudah dianggap sebagai jabatan keagamaan yang
sacral dan tidak bisa diganggu gugat lagi. Sedangkan, kekuasaan dapat didirikan
di pusat maupun daerah yang jauh dari pusat pemerintahan dalam bentuk
dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Tentara Turki berhasil merebut kekuasaan
tersebut.
3. Perang
Salib
Gerakan
penting dalam gerakan ekspansi yang dilakukan oleh Alp Arselan adalah peristiwa
Manzikart (464 H/1071 M). tentara Alp Arselan yang hanya berkekuatan 15.000
prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang
berjumlah 200.000 orang terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, Al-Akraj, Al-Hajr,
Prancis dan Armenia. Peristiwa ini menanamkan benih permusuhan dan kebencian
orang Kristen terhadap umat Islam, yang kemudian mencetuskan Perang Salib.
Kebencian itu bertambah setelah Dinasti Saljuk dapat merebut Bait al-Maqdis
pada tahun 471 H dari kekuasaan Dinasti Fathimiyah, Mesir. Penguasa Saljuk
menetapkan beberapa peraturan bagi umat Kristen yang ingin berziarah ke Bait
al-Maqdis. Peraturan itu dirasakan sangat menyulitkan mereka. Untuk memperoleh
kembali keleluasan berziarah ke tanah suci Kristen itu, pada tahun 1095 M, Paus
Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa supaya melakukan perang
suci. Perang ini kemudian dikenal dengan nama Perang Salib, yang terjadi
dalam tiga periode;
A.periode Pertama;
tahun 1095 M.,
150.000
orang Eropa, sebagian besar bangsa Prancis dan Norman, berangkat menuju
konstantinopel, kemudian ke Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh
Godfrey, Bohemond, dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Setelah
menaklukkan Bait al-Maqdis, tentara Salib melanjutkan ekspansinya. Mereka
menguasai kota Akka (1104 M), Tripoli (1109 M), dan Tyre (1124 M). di Tripoli
mereka mendirikan kerajaan Latin IV. Rajanya adalah Raymond.
B. Periode Kedua;
imaduddin
Zanki, penguasa Moshul dan Irak, berhasil menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah
dan Edessa pada tahun 1144 M. namun, ia wafat tahun 1146 M. tugasnya
dilanjutkan oleh puteranya, Nuruddin Zanki. Yang berhasil mereput Antiochia dan
Edessa dapat direbut kembali. Jatuhnya Yarussalem ke tangan kaum muslimin
sangat memukul perasaan tentara salib. Merekapun menyusun rencana balasan. Kali
ini tentara Salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa, raja Jerman, Richard The
Lion Hart, raja Inggris, dan Philip Augustus, raja Prancis.
C Periode
Ketiga;
Tentara
Salib pada periode ini dipimpin oleh raja Jerman, Frederick II. Kali ini mereka
berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat
bantuan dari orang-orang Kristen Qibthi. Perang Salib yang berkobar di timur.
Perang ini tidak berhenti di Barat, di Spanyol, sampai umat Islam terusir dari
sana. Walaupun umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerah dari tentara
Salib, namun kerugian yang mereka derita bayak sekali, karena peperangan
terjadi di kawasan Islam.
4. Sebab-Sebab
Kemunduran Pemerintahan Bani Abbas
Berakhirnya
kekuasaan dinasti Saljuk atas Baghdad atau khalifah Abbasiyah merupakan awal
dari periode kelima. Pada periode ini, khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di
bawah kekuasaan atau dinasti tertentu, walaupun banyak sekali dinasti Islam
berdiri. Ada diantaranya yang cukup besar, namun yang banyak adalah dinasti
kecil. Di samping kelemahan khalifah, banyak faktor yang menyebabkan khalifah
Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing faktor tersebut saling berkaitan satu
sama lain. Beberapa di antaranya adalah;
A)
Persaingan Antar Bangsa
B)
Kemerosotan Ekonomi
C)
Konflik Keagamaan
D)
Ancaman Dari Luar.
E. ISLAM SPANYOL DAN
PENGARUHNYA TERHADAP RENAISANS DI EROPA
1. Masuknya Islam
ke Spanyol
Spanyol
diduduki umat Islam pada zaman Khalifah al-Walid (705-715 M), salah seorang
khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan
Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai
salah satu propinsi dari Dinasti Bani Umayyah, dan penguasaan Afrika Utara
terjadi pada zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M).
Dalam
proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan
paling berjasa memimpin pasukan. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn
Ziyad dan Musa ibn Nushair. Tharif disebut sebagai perintis dan penyidik. Ia
menyeberangi selat yang berada diantara Maroko dan Benua Eropa. Thariq lebih
banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol. Karena pasukannya lebih besar dan
hasilnya lebih nyata. Pasukan kemudian menyeberangi selat dibawah pimpinan
Thariq ibn Ziyad.
Dalam
pertempuran di Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan
pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada dan
Toledo (ibu kota kerajaan Goth saat itu).
2. Perkembangan
Islam di Spanyol
A. Periode Pertama
(711-755 M);
Spanyol
berada dibawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh khalifah Bani Umayyah
yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas negeri Spanyol belum
tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik dari dalam
(perselisihan para elit penguasa dalam perbedaan etnis dan golongan) maupun
dari luar (sisa-sisa musuh Islam yang berada di daerah-daerah di Spanyol).
B. Periode Pertama
(755-912 M);
Spanyol
berada dibawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima
atau gubernur) tapi tidak tunduk pada pusat pemerintahan Islam yang dipegang
oleh khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah
Abdurrahman I, yang memasuki Spanyol (138 H/755 M) dan diberi gelar Al-Dakhil.
Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbas
ketika yang terakhir ini berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus.
Selanjutnya, ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol.
Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abd. Al-Rahman Al-Dakhil, Hisyam
I, Hakam I, Abd. Al-Rahman Al-Ausath, Muhammad ibn Abd. Al-Rahman, Munzif ibn
Muhammad dan Abdullah ibn Muhammad.
C. Periode Ketiga
(912-1013 M);
Pada
periode ini, umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan,
menyaingi kejayaan daulah Abbasiyah di Baghdad. Abd. Al-Rahman Al-Nashir
mendirikan Universitas Cordoba. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu
buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan pada masa
itu, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota
berlangsung cepat.
D. Periode Keempat
(1013-1086 M);
Spanyol
terpecah menjadi lebih dari tiga puluh Negara kecil di bawah pemerintahan
raja-raja golongan atau al-Mulukuth Thawaif, yang berpusat di suatu
kota seperti Seville, Cordoba, Toledo dan sebagainya.
E. Periode Kelima
(1086-1248 M);
Spanyol
Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa Negara, tapi terdapat satu
kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan Dinasti Murabithun (1086-1143) dan
Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M).
F. Periode Keenam
(1248-1492);
pada
periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani
Ahmar (1232-1492 M). peradaban kembali mengalami kemajuan seperti zaman
Abdurrahman An-Nashir, akan tetapi Secara politik, dinasti ini hanya berkuasa
di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di
Spanyol ini berakhir.
3. Kemajuan
Peradaban
Dalam
masa lebih dari tujuh abad, kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah
mencapai kejayaan, banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya
membawa Eropa dan kemudian dunia pada kemajuan kompleks. Antara lain:
A.
Kemajuan Intelektual
1)
Filsafat
2)
Sains
3) Fiqih
4)
Musik dan Kesenian
5)
Bahasa dan Sastra
B.
Kemegahan Pembangunan Fisik
1)
Cordova
2)
Granada
4. Penyebab
Kemunduran dan Kehancuran
A.
Konflik Islam Dengan Kristen
B.
Tidak Adanya Ideology Pemersatu
C.
Kesulitan Ekonomi
D.
Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan, Dan
E.
Keterpencilan
5. Pengaruh
Peradaban Spanyol Islam di Eropa
Kemajuan
Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi pada hazanah
ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di preode klasik. Memang banyak saluran
bagaimana peradaban Islam mempengaruhi Eropa, seperti Sicilia dan Perang Salib,
tetapi saluran yang terpenting adalah Spanyol Islam.
Spanyol
merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik
dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antar
Negara. Orang-orang Eropa menyatakan bahwa Spanyol berada dibawah kekuasaan
Islam jauh meninggalkan Negara-negara tetangga Eropa, terutama dalam bidang
pemikiran dan sains disamping bangunan fisik. Yang terpenting diantaranya
adalah pemikiran Ibn Rusyd (1120-1198 M). ia melepaskan belenggu taklid dan
menganjurkan kebebasan berpikir. Ia mengulas pemikiran Aristoteles dengan cara
yang memikat minat semua orang yang berpikiran bebas. Ia mengedepankan sunnatullah menurut
pengertian Islam terhadap pantheisme dan anthropomorphisme Kristen. Demikian
besar pengaruhnya di Eropa, hingga di Eropa timbul gerakan Averroesme yang
menuntut kebebasan berpikir. Pihak gereja menolak pemikiran rasional yang
dibawah gerakan Averroesme.
F. MASA KEMUNDURAN
(1250-1500 M)
1. Bangsa
Mongol dan Dinasti Ilkhan
Jatuhnya
kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri
Khalifah Abbasiyah, tapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik
peradaban Islam, karena Baghdad sebagai pusat peradaban dan kebudayaan Islam
sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan juga ikut lenyap dibumihanguskan
oleh pasukan Mongol dipimpin Hulagu Khan.
Dalam
rentang waktu yang sangat panjang, kehidupan bangsa Mongol tetap sederhana.
Mereka mendirikan kemah-kemah dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat
yang lain, mengembala kambing dan hidup dari hasil buruan. Mereka juga hidup
dari hasil perdagangan tradisional, yaitu mempertukarkan kulit binatang dengan
binatang yang lain. Pada masa pemerintahan Abu Sa’id (1317-1335 M), terjadi
bencana kelaparan yang sangat menyedihkan dan angin topan dengan es yang
mendatangkan malapetaka. Kerajaan ilkhan yang didirikan oleh Hulaghu Khan ini
terpecah belah sepeninggal Abu Sa’id. Masing-masing pecahan saling memerangi.
Akhirnya, mereka semua ditaklukkan oleh Timur Lenk.
2. Serangan-Serangan
Timur Lenk
Setelah
lebih dari satu abad umat Islam menderita dan berusaha bangkit akibat serangan
bangsa Mongol, malapetaka yang tidak kurang dahsyatnya dating kembali, yaitu
serangan yang juga keturunan dari bangsa Mongol. Berbeda dari Hulaghu Khan dan
keturunannya pada dinasti Ilkhan, penyerang kali ini sudah masuk Islam, tetapi
sisa-sisa kebiadaban dan kekejamannya masih melekat kuat. Serangan itu dipimpin
oleh Timur Lenk (Timur Si Pincang).
Setelah
Timur Lenk meninggal, dua orang anaknya, Muhammad Jehanekir dan Khalil,
berperang memperebutkan kekuasaan, Khalil (1404-1405 M) keluar sebagai
pemenang. Akan tetapi, ia hidup berfoya-foya menghabiskan kekayaan yang
ditinggalkan ayahnya. Karena itu, saudaranya yang lain, Syah Rukh (1405-1447
M), merebut kekuasaan dari tangannya. Syah Rukh berusaha mengembalikan wibawa
kerajaan. Ia seorang raja yang adil dan lemah lembut. Setelah wafat, ia diganti
oleh anaknya Ulugh Bey (1447-1449 M), seorang raja yang alim dan sarjana ilmu
pasti. Namun, masa kekuasaanya tidak lama. Dua tahun setelah berkuasa ia
dibunuh oleh anaknya yang haus kekuasaan, Abd. Latief (1449-1450 M). pada masa
inilah kerajaan terpecah belah. Wilayah kerajaan yang luas dan diperebutkan
oleh dua suku Turki yang baru muncul ke permukaan, Kara Koyunlu (domba hitam)
dan Ak Koyunlu). Abu Sa’id sendiri terbunuh ketika bertempur melawan Uzun
Hasan, penguasa Ak Koyunlu.
3. Dinasti
Mamalik di Mesir
Kalau
ada negeri Islam yang selamat dari kehancuran akibat serangan-serangan bangsa
Mongol, baik serangan Hulagu Khan maupun Timur Lenk, maka negeri itu adalah
Mesir yang ketika itu berada dibawah kekuasaan dinasti Mamalik. Karena, negeri
ini terhindar dari kehancuran, maka persambungan perkembangan peradaban dengan
masa klasik relative terlihat dan diantara prestasi yang pernah dicapai pada
masa klasik bertahan di Mesir. Walaupun demikian, kemajuan yang dicapai oleh
dinasti ini, masih dibawah prestasi yang pernah dicapai oleh umat Islam pada
masa klasik. Hal ini mungkin karena metode berpikir tradisional sudah tertanam
sangat kuat sejak berkembangnya aliran teologi ‘Asy’ariyah, filsafat mendapat
kecaman sejak pemikiran al-Ghazali mewarnai pemikiran mayoritas umat Islam dan
yang lebih penting lagi adalah karena Baghdad dengan fasilitas-fasilitas ilmiahnya
yang banyak member inspirasi ke pusat-pusat peradaban Islam, hancur.
G. MASA TIGA KERAJAAN BESAR
(1500-1800 M)
1. Kerajaan
Usmani
Pendiri kerajaan ini
adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah
utara negeri Cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke
Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan
atau kesepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah. Di bawah tekanan
serangan-serangan Mongol pada abad ke-13 M, mereka melarikan diri ke daerah
barat dan mencari tempat pengungsian ditengah-tengah saudara mereka,
orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia Kecil.
Kemajuan dan
perkembangan ekspansi kerajaan Usmani yang demikian luas dan berlangsung dengan
cepat itu diikuti pula oleh kemajuan di bidang-bidang kehidupan yang lain,
diantaranya:
A)
Bidang Kemeliteran Dan Kepemerintahan,
B)
Bidang Ilmu Pengetahuan Dan Budaya, Dan
C)
Bidang Keagamaan.
2. Kerajaan
Safawi di Persia
Ketika
kerajaan Usmani sudah mencapai puncak kemajuannya. Kerajaan Safawi di Persia
baru berdiri. Kerajaan ini berkembang dengan cepat. Dalam perkembangannya,
kerajaan Safawi sering bentrok dengan Turki Usmani. Berbeda dari dua kerajaan
Islam lainnya (Usmani dan Mughal), kerajaan Safawi menyatakan; Syi’ah sebagai
madzhab Negara. Karena itu, kerajaan ini dapat dianggap sebagai peletak pertama
dasar terbentuknya Negara Iran dewasa ini.
Kemajuan
yang dicapai kerajaan Safawi tidak hanya terbatas di bidang politik. Di bidang
lain, kerajaan ini juga mengalami banyak kemajuan. Kemajuan-kemajuan itu antara
lain: a) Bidang ekonomi, b) Bidang ilmu pengetahuan, dan c) Bidang pembangunan
fisik dan seni.
3. Kerajaan
Mughal di India
Kerajaan
Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi. Jadi,
diantara tiga kerajaan Islam tersebut, kerajaan inilah yang termuda. Kerajaan
Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di anak buah India. Awal kekuasaan Islam
di wilayah India terjadi pada masa khalifah Al-Walid, dari Dinasti Bani
Umayyah. Penaklukan wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani Umayyah di bawah
pimpinan Muhammad ibn Qasim.
Kemajuan yang dicapai
oleh tiga sultan pasca Akbar antara lain:
A)
Kemantapan Stabilitas Politik
B)
Bidang Ekonomi
C)
Bidang Seni Dan Budaya.
Karya seni yang masih
bias dinikmati sekarang dan merupakan karya seni terbesar yang dicapai kerajaan
Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada masa
Akbar dibangun istana Fatpur Sikri di Sikri, vila, dan masjid-masjid yang indah.
Pada masa Syah Jehan, dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Taj Mahal di
Agra, Masjid Raya Delhi dan istana indah di Lahore.
H. KEMUNDURAN TIGA
KERAJAAN BESAR (1700-1800 M)
1. Kemunduran
Kerajaan Usmani
Setelah
Sultan Sulaiman Al-Qanuni wafat (1566 M), kerajaan Turki Usmani memasuki fase
kemundurannya. Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat,
kemunduran itu tidak langsung terlihat. Sultan Sulaiman Al-Qanuni diganti oleh
Salim II (1566-1573 M). di masa pemerintahannya, terjadi pertempuran
antara armada laut kerajaan Usmani dengan armada laut Kristen yang terdiri dari
angkatan laut Spanyol, angkatan laut Bundukia, angkatan laut Sri Paus, dan
sebagian kapal para pendeta Malta yang dipimpin oleh Don Juan dari Spanyol.
Pertempuran itu terjadi di selat Liponto (Yunani). Dalam pertempuran ini, Turki
Usmani mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat direbut oleh musuh.
Baru pada masa sultan berikutnya, Sultan Murad III (1575 M) Tunisia dapat
direbut kembali.
Banyak
faktor yang menyebabkan kerajaan Usmani itu mengalami kemunduran, diantaranya
adalah:
A) Wilayah
Kekuasaan Yang Sangat Luas
B) Heterogenitas
Penduduk
C)
Kelemahan Para Penguasa
D) Budaya
Pungli
E) Pemberontakan
Tentara Jenissari
F) Merosotnya
Ekonomi
G) Terjadinya
Stagnasi Dalam Lapangan Ilmu Dan Teknologi.
2. Kemunduran
dan Kehancuran Kerajaan Safawi
Sepeninggal
Abbas I kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi
Mirza (1628-1694 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husain
(1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), dan Abbas III (1733-1736 M). pada masa
raja-raja tersebut, kondisi kerajaan Safawi tidak menunjukkan grafik naik dan
berkembang, tapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa pada
kehancuran.
Di
antara sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi ialah konflik
berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Bagi kerajaan Usmani, berdirinya
kerajaan Safawi yang beraliran Syi’ah merupakan ancaman langsung terhadap
wilayah kekuasaannya. Konflik antara kerajaan tersebut berlangsung lama,
meskipun pernah berhenti sejenak ketika tercapai perdamaian pada masa Shah
Abbas I. namun, tak lama kemudian, Abbas meneruskan konflik tersebut, dan
setelah itu dapat dikatakan tidak ada lagi perdamaian antara dua kerajaan Islam
tersebut. Tidak kalah penting dari sebab-sebat tersebut adalah terjadinya
konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana.
3. Kemunduran
dan Runtuhnya Kerajaan Mughal
Setelah
satu setengah abad dinasti Mughal berada di puncak kejayaannya, para pelaut
Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang dibina oleh sultan-sultan
sebelumnya. Pada abad ke-18 M kerajaan ini memasuki masa-masa kemunduran.
Kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan ditingkat pusat
menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu di India Tengah, Sikh di
belahan utara dan Islam di bagian Timur semakin lama semakin mengancam.
Sementara itu, para pedagang Inggris untuk pertama kalinya diizinkan oleh
Jehangir menanamkan modal di India, dengan didukung oleh kekuatan bersenjata
semakin kuat menguasai wilayah pantai.
Pada
masa Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintah pusat memang sudah muncul,
tetapi dapat diatasi. Pemberontakan itu bermula dari tindakan-tindakan Aurangzeb
yang dengan keras menerapkan pemikiran puritanismennya. Setelah ia
wafat, penerusnya rata-rata lemah dan tidak mampu menghadapi problema yang
ditinggalkannya.
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal itu mundur pada satu
setengah abad terakhir dan membawa pada kehancurannya pada tahun 1858 M, yaitu:
A.Terjadi
Stagnasi Dalam Pembinaan Kekuatan Meliter
B.
Kemerosotan Moral Dan Hidup Mewah Di Kalangan Elit Politik.
C.
Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan
dan cenderung asketis.
D.
Semua pewaris tahta kerajaan pada paru terakhir adalah orang-orang lemah dalam
bidang kepemimpinan.
4. Kemajuan
Eropa (Barat)
Bersamaan
waktunya dengan kemunduran tiga kerajaan Islam di periode pertengahan sejarah
Islam, Eropa Barat (biasa disebut dengan “Barat” saja), sedang mengalami
kemajuan dengan pesat. Hal ini berbanding terbalik dengan masa klasik sejarah
Islam. Ketika itu, peradaban Islam dapat dikatakan paling maju, memancarkan
sinarnya ke seluruh dunia, sementara Eropa sedang berada dalam kebodohan dan
keterbelakangan.
Kemajuan
Eropa (Barat) memang bersumber dari khazanah ilmu pengetahuan dan metode
berpikir Islam yang rasional. Di antara saluran masuknya peradaban Islam ke
Eropa itu adalah Perang Salib. Sicilia, dan yang terpenting adalah Spanyol
Islam. Gerakan-gerakan renaisans melahirkan perubahan-perubahan besar
dalam sejarah dunia. Abad ke 16 dan 17 M merupakan abad yang paling penting
bagi Eropa, sementara pada akhir abad ke-17 pula, dunia Islam mengalami
kemunduran. Dengan lahirnya renaisans, Eropa bangkit kembali untuk mengejar
ketertinggalan mereka pada masa kebodohan dan kegelapan.
I. PENJAJAHAN
BARAT TERHADAP DUNIA ISLAM
1. Renaisans
di Eropa
Pada
awal bangkitnya, Eropa menghadapi tantangan yang sangat berat. Di hadapannya
masih terdapat kekuatan-kekuatan perang Islam yang sulit dikalahkan, terutama
kerajaan Usmani yang berpusat di Turki. Tidak ada jalan lain, mereka harus
menembus lautan yang sebelumnya hanya dipandang sebagai dinding yang membatasi
gerak mereka. Mereka melakukan berbagai penelitian tentang rahasia alam,
berusaha menaklukkan lautan dan menjelajahi benua yang sebelumnya masih
diliputi kegelapan. Setelah Christoper Colombus menemukan Benua Amerika (1492
M) dan Vasco da Gama menemukan jalan ke timur melalui Tanjung Harapan (1498 M),
Benua Amerika dan kepulauan Hindia segera jatuh ke bawah kekuasaan Eropa. Dua
penemuan itu sungguh tak terkira nilainya, Eropa menjadi maju dalam dunia
perdagangan, karena tidak tergantung lagi pada jalur lama yang dikuasai umat
Islam.
Negeri-negeri
Islam yang pertama kali jatuh ke bawah kekuasaan Eropa adalah negeri-negeri
yang jauh dari pusat kekuasaan kerajaan Usmani, karena kerajaan ini meskipun
terus mengalami kemunduran, ia masih disegani dan dipandang masih cukup kuat
untuk berhadapan dengan kekuatan meliter Eropa waktu itu. Negeri Islam yang
pertama kali dapat dikuasi Barat adalah negeri-negeri Islam di Asia Tenggara
dan di Anak Benua India. Sementara, negeri-negeri Islam di Timur Tengah yang
berada di bawah kekuasaan Kerajaan Usmani, baru diduduki Eropa pada masa
berikutnya.
2. Penjajahan
Barat terhadap Dunia Islam
India
ketika berada pada masa kemajuan pemerintahan kerajaan Mughal adalah negeri
yang kaya dengan hasil pertanian. Hal itu mengundang Eropa yang sedang
mengalami kemajuan untuk berdagang kesana. Di awal abad ke-17 M, Inggris dan
Belanda mulai menginjakkan kaki di India. Pada tahun 1611 M, Inggris mendapat
izin menanamkan modal, dan pada tahun 1617 M Belanda mendapatkan izin yang
sama.
Asia
Tenggara, negeri tempat Islam baru mulai berkembang yang merupakan daerah
rempah-rempah terkenal pada masa itu, justru menjadi ajang perebutan
Negara-negara Eropa. Kekuatan Eropa malah lebih awal menancapkan kekuasaannya.
Hal ini mungkin dikarenakan, disbanding dengan Mughal, kerajaan-kerajaan Islam
di Asia Tenggara lebih lemah sehingga dengan mudah dapat ditaklukkan.
Sebagaimana di India, di Asia Tenggara kekuasaan politik Negara-negara Eropa
itu berlanjut terus sampai pertengahan abad ke-20 M, ketika negeri-negeri
jajahan tersebut memerdekakan diri dari kekuasaan asing.
3. Kemunduran
Kerajaan Usmani dan Ekspansi Barat ke Timur Tengah
Kemajuan
Eropa dalam teknologi meliter dan industry perang membuat kerajaan Usmani
menjadi kecil dihadapan Eropa. Akan tetapi, nama besar Turki Usmani masih
membuat Eropa segan untuk menyerang atau mengalahkan wilayah yang berada di
bawah kekuasaan kerajaan Islam, termasuk daerah-daerah yang berada di Eropa
Timur. Namun, kekalahan besar kerajaan Usmani dalam menghadapi serangan Eropa
di Wina (1683 M) membuka mata Barat, bahwa kerajaan Usmani telah mundur jauh
sekali. Sejak itulah kerajaan Usmani berulangkali mendapat serangan-serangan
besar dari Barat.
Faktor
utama yang menarik kehadiran kekuatan-kekuatan Eropa ke negeri-negeri muslim
adalah ekonomi dan politik. Kemajuan Eropa dalam bidang industri menyebabkan
membutuhkan barang-barang baku, disamping rempah-rempah. Mereka juga
membutuhkan negeri-negeri tempat mereka dapat memasarkan hasil industri mereka.
Untuk menunjang perekonomian tersebut, kekuatan politik diperlukan sekali. Akan
tetapi, persoalan agama seringkali terlibat dalam persoalan politik penjajahan
Barat atas negeri-negeri Islam. Terutama perang Salib agaknya membekas pada
sebagian orang Barat, terutama Portugis dan Spanyol, karena dua Negara ini
untuk jangka waktu berabad-abad berada di bawah kekuasaan Islam.
4. Bangkitnya
Nasionalisme di Dunia Islam
Benturan-benturan
antara Islam dan kekuatan Eropa telah menyadarkan umat Islam, bahwa mereka
memang jauh tertinggal dari Eropa. Yang pertama merasakan hal itu diantaranya;
Turki Usmani, karena kerajaan ini yang pertama dan utama menghadapi kekuatan
Eropa. Kesadaran itu memaksa penguasa dan pejuang-pejuang Turki untuk banyak
belajar dari Eropa.
Usaha
untuk memulihkan kembali kekuatan Islam pada umumnya dikenal dengan istilah
“Gerakan Pembaharuan” didorong oleh dua faktor yang saling mendukung, pemurnian
ajaran Islam dari unsur-unsur asing yang dipandang sebagai penyebab kemunduran
Islam dan membina gagasan-gagasan pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari Barat.
Yang pertama Gerakan Wahabiyah yang dipelopori oleh Muhammad ibn Abd. Al-Wahhab
(1703-1787 M) di Arabia, Syah Waliyullah (1703-1762 M) di India, dan Gerakan
Sanusiyah di Afrika Utara yang dipimpin oleh Said Muhammad Sanusi dari
Aljazair. Yang kedua, tercermin dalam pengiriman para pelajar muslim oleh
penguasa Turki Usmani dan Mesir ke Negara-negara Eropa untuk menimbah ilmu
pengetahuan dan dilanjutkan dengan gerakan penerjemahan karya-karya Barat
kedalam bahasa Islam. Pelajar-pelajar muslim asal India juga banyak yang
menuntut ilmu ke Inggris.
Gagasan
nasionalisme yang berasal dari Barat itu masuk ke negeri-negeri melalui
persentuhan umat Islam dengan Barat yang menjajah mereka dan dipercepat
oleh banyaknya pelajar muslim yang menuntut ilmu ke Eropa atau lembaga-lembaga
pendidikan “Barat” yang didirikan di negeri mereka. Gagasan ini pada mulanya
banyak mendapatkan tantangan dari pemuka-pemuka Islam karena dipandang tidak
sejalan dengan semangat ukhuwah Islamiyah. Akan tetapi, ia
berkembang cepat setelah gagasan Pan-Islamisme redup. Gagasan-gagasan
nasionalisme dan gerakan-gerakan untuk membebaskan dari dari kekuasaan penjajah
Barat yang kafir juga bangkit di negeri-negeri Islam lainnya.
5. Kemerdekaan
Negara-negara Islam dari Penjajahan
Munculnya
gagasan nasionalisme yang diikuti dengan berdirinya partai-partai politik
merupakan modal utama umat Islam dalam perjuangannya untuk mewujudkan Negara
merdeka yang bebas dari pengaruh politik Barat. Dalam kenyataan, memang
partai-partai itulah yang berjuang melepaskan diri dari dari kekuasaan
penjajah. Perjuangan mereka biasanya terwujud dalam beberapa bentuk kegiatan,
seperti;
a)
gerakan politik, baik dalam bentuk diplomasi maupun perjuangan bersenjata, dan
b)
pendidikan serta propaganda dalam rangka mempersiapkan masyarakat menyambut dan
mengisi kemerdekaan itu.
Namun,
sampai saat ini masih ada umat Islam yang berharap mendapatkan otonomi sendiri,
atau paling tidak menjadi penguasa atas masyarakat mereka sendiri. Mereka itu
adalah penduduk mayoritas muslim dalam Negara-negara nasional, Kasymir di
India, Moro di Filipina, dan sebagainya. Meski mereka hidup dalam Negara
mereka, namun status sebagai minoritas seringkali menyulitkan mereka dalam
meningkatkan kesejahteraan hidup.
J. KEDATANGAN
ISLAM DI INDONESIA
Sejak
zaman prasejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar
yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad Masehi sudah ada
rute-rute pelayaran dan perdagangan antar kepulauan Indonesia dengan berbagai
daerah di daratan Asia Tenggara. Wilayah Barat Nusantara dan sekitar
Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama
karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang dan menjadi
daerah lintasan penting antara Cina dan India.
Pedagang-pedagang
Muslim asal Arab, Persia, dan India juga ada yang sampai ke kepulauan Indonesia
untuk berdagang sejak abad ke-7 M (abad 1 H), ketika Islam pertama kali
berkembang di Timur Tengah. Malaka, jauh sebelum ditaklukkan Portugis (1511 M),
merupakan pusat utama lalu lintas perdagangan dan pelayaran. Melaui Malaka,
hasil hutan dan rempah-rempah dari seluruh pelosok Nusantara dibawah ke Cina
dan India, terutama Gujarat yang melakukan hubungan dagang langsung dengan
Malaka pada waktu itu. Dengan demikian, Malaka menjadi mata rantai pelayaran
yang penting.
Pada
zaman-zaman berikutnya, penduduk kepulauan ini masuk Islam, bermula dari penduduk
pribumi di koloni-koloni pedagang muslim. Menjelang abad ke-13 M, masyarakat
muslim sudah ada di Samudera Pasai, Perlak, dan Palembang di Sumatera. Di Jawa,
makam Fatimah binti Maimun di Leran (Gresik) yang berangka tahun 475 H (1082
M), dan makam-makam Islam di Tralaya yang berasal dari abad ke-13 M merupakan
berkembangnya komunitas Islam.
Sampai
berdirinya kerajaan-kerajaan Islam. Perkembangan agama Islam di Indonesia dapat
dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
1.
Singgahnya pedagang-pedagang Islam di pelabuhan-pelabuhan Nusantara.
2.
Adanya komunitas-komunitas Islam di berbagai daerah kepulauan Indonesia.
3.
Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam.
K. KERAJAAN ISLAM SEBELUM
PENJAJAHAN BELANDA
1. Kerajaan-Kerajaan
Islam Pertama di Sumatera
a) Samudera Pasai
Kerajaan
Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudera Pasai yang merupakan
kerajaan kembar. Kerajaan ini terletak di pesisir Timur laut Aceh.
Kemunculannya sebagai kerajaan Islam diperkirakan mulai awal atau pertengahan
abad ke-13 M, sebagai hasil dari proses islamisasi daerah-daerah pantai yang
pernah disinggahi pedagang-pedagang Muslim sejak abad ke-7, ke-8 M, dan
seterusnya. Bukti berdirinya kerajaan Samudera Pasai pada abad ke-13 M
didukung oleh adanya nisan kubur terbuat dari granit asala Samudera Pasai. Dari
nisan itu, dapat diketahui bahwa raja pertama kerajaan itu meninggal pada bulan
Ramadhan 696 H, yang diperkirakan bertepatan dengan tahun 1294 M.
Kerajaan
Samudera Pasai berlangsung sampai tahun 1524 M. pada tahun 1521 M, kerajaan ini
ditaklukkan oleh portugis yang mendudukinya selama tiga tahun, kemudian tahun
1524 M, dianeksasi oleh Raja Aceh, Ali Mughayatsyah. Selanjutnya, kerajaan
Samudera Pasai di bawah pengaruh kesultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh
Darussalam.
b) Aceh Darussalam
Kerajaan
Aceh terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Besar.
Disini pula terletak ibu kotanya. Kurang begitu diketahui kapan kerajaan ini
sebenarnya berdiri. Anas Machmud berpendapat, kerajaan Aceh berdiri pada abad
ke-15 M, di atas puing-puing kerajaan Lamuri, oleh Muzaffar Syah (1465-1497 M).
dialah yang membangun kota Aceh Darussalam. Pada masa pemerintahannya Aceh
Darussalam mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan, karena
saudagar-saudagar muslim sebelumnya berdagang dengan Malaka memindahkan
kegiatan mereka ke Aceh. Setelah Malaka dikuasai Portugis (1511 M). sebagai
akibat penaklukan Malaka oleh Portugis itu, jalan dagang yang sebelumnya jauh
dari laut Jawa ke utara melalui Selat Karimata terus ke Malaka, pindah melalui
selat Sunda dan menyusur pantai Barat Sumatera, terus ke Aceh. Dengan demikian,
Aceh menjadi ramai oleh saudagar dari berbagai negeri.
Puncak
kekuasaan kerajaan Aceh terletak pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda
(1608-1637 M). pada masanya Aceh menguasai seluruh pelabuhan pesisir Timur dan
Barat Sumatera. Dari Aceh, Tanah Gayo yang berbatasan diislamkan, juga
Minangkabau. Hanya orang-orang kafir Batak yang menangkis kekuatan-kekuatan
Islam yang datang.
2. Tumbuh dan
Berkembangnya Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa
a) Demak
Perkembangan
Islam di Jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya Raja Majapahit. Hal itu
member peluang bagi penguasa Islam di pesisir untuk membangun pusat-pusat
kekuasaan yang independen. Di bawah pimpinan Sunan Ampel, Wali Songo sepakat
mengangkat Raden Fatah menjadi raja kerajaan Demak, kerajaan Islam pertama di
Jawa, dengan gelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin
Panatagama. Raden Fatah dalam menjalankan perintahnya, terutama dalam
persoalan-persoalan agama, dibantu oleh para ulama, Wali Songo. Sebelumnya
Demak yang masih bernama Bintoro merupakan daerah vassal Majapahit yang
diberikan raja Majapahit kepada Raden Fatah. Daerah ini lambat laun menjadi
pusat perkembangan agama Islam yang diselenggarakan oleh para wali.
Pemerintahan
Raden Fatah berlangsung kira-kira di akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16 M.
dikatakan, ia adalah seorang anak Raja Majapahit dari ibu seorang muslim
keturunan Campa. Ia digantikan oleh anaknya, Sambrang Lor, dikenal juga dengan
nama Pati Unus. Menurut Tome Pires, Pati Unus baru berumur 17 tahun ketika
menggantikan ayahnya (1507 M). menurutnya, tak lama setelah naik tahta, ia
merencanakan serangan terhadap Malaka. Semangat perangnya semakin memuncak
ketika Malaka ditaklukkan oleh Portugis (1511 M). Akan tetapi, sekitar
pergantian tahun 1512-1513 M, tentaranya mengalami kekalahan besar.
Pati
Unus digantikan oleh Trenggono yang dilantik sebagai sultan oleh Sunan Gunung
Jati dengan gelar Sultan Ahmad Abdul ‘Arifin. Ia memerintah pada tahun
1524-1546 M. pada masa sultan Demak yang ketiga inilah Islam dikembangkan ke
seluruh tanah Jawa, bahkan sampai ke Kalimantan Selatan. Penaklukan Sunda
Kelapa (1527 M) yang dilakukan oleh pasukan gabungan Demak dan Cirebon di bawah
pimpinan Fadhilah Khan. Majapahit dan Tuban jatuh ke bawah kekuasaan raja Demak
(1527 M). selanjutnya, pada tahun 1529 M, Demak berhasil menaklukkan
Madiun, Blora (1530), Surabaya (1531), Pasuruan (1535). Dan antara tahun
1541-1542, Lamongan, Blitar, Wirasaba, dan Kediri (1544). Palembang dan
Banjarmasin mengakui kekuasaan Demak. Sementara daerah Jawa Tengah bagian
selatan sekitar Gunung Merapi, Pengging, dan Pajang berhasil dikuasi berkat
pemuka Islam, Syeh Siti Jenar dan Sunan Tembayat. Pada tahun 1546, dalam
penyerbuan ke Blambangan, Sultan Trenggono terbunuh. Ia digantikan adiknya,
Prawoto. Masa pemerintahannya tidak berlangsung lama karena terjadi
pemberontakan oleh adipati-adipati sekitar kerajaan Demak. Sunan Prawoto
sendiri kemudian dibunuh oleh Aria Penangsang dari Jipang (1549). Dengan
demikian, kerajaan Demak berakhir dan dilanjutkan oleh kerajaan Pajang di bawah
Jaka Tingkir yang berhasil membunuh Aria Penangsang.
b) Pajang
Kesultanan
Pajang adalah pelanjut dan dipandang sebagai pewaris kerajaan Demak. Kesultanan
yang terletak di daerah kartasura sekarang itu merupakan kerajaan Islam pertama
yang terletak di daerah pedalaman pulau Jawa. Usia kesultanan ini tidak
panjang. Kekuasaan dan kebesarannya kemudian diambil alih oleh kerajaan
Mataram.
Sultan
pertama kesultanan ini adalah Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging, di
lereng Gunung Merapi. Oleh raja Demak ketiga, Sultan Trenggono. Jaka Tingkir
diangkat menjadi penguasa di Pajang, setelah sebelumnya dikawinkan dengan anak
perempuannya. Kemudian penguasa Pajang itu, menurut Babad, dibangun dengan
mencontoh Keraton Demak.
Riwayat
panjang berakhir tahun 1618. Kerajaan Pajang waktu itu memberontak terhadap
Mataram yang ketika itu di bawah Sultan Agung. Pajang dihancurkan, rajanya
melarikan diri ke Giri dan Surabaya.
c) Mataram
Awal
dari kerajaan Mataram adalah ketika Sultan Adiwijaya dari Pajang meminta
bantuan kepada Ki Pamanahan yang berasal dari daerah pedalaman untuk menghadapi
dan menumpas pemberontakan Aria Penangsang. Sebagai hadiah atasnya, Sultan
kemudian menghadiahkan daerah Mataram kepada Ki Pamanahan yang menurunkan
raja-raja Mataram Islam kemudian.
Ki
Gede Pamanahan menempati istana barunya di Mataram (1577 M). dia digantikan
oleh puteranya, Senopati (1584) dan dikukuhkan oleh Sultan Pahang. Senopatilah
yang dipandang sebagai Sultan Mataram pertama, setelah Pengeran Benawa, anak
Sultan Adiwijaya, menawarkan kekuasaan atas Pajang kepada Senopati. Meskipun
senopati menolak dan hanya meminta pusaka kerajaan, diantaranya Gong Kiai Skar
Delima, Kendali Kiai Macan Guguh dan Pelana Kiai Jatayu. Namun, dalam
tradisi Jawa, penyerahan benda-benda pusaka itu sama artinya dengan penyerahan
kekuasaan.
d) Cirebon
Kesultanan
Cirebon adalah kerajaan Islam pertama di Jawa Barat. Kerajaan ini didirikan
oleh Sunan Gunung Jati. Di awal abad le-16, Cirebon masih merupakan sebuah
daerah kecil di bawah kekuasaan Pakuan Pajajaran. Raja Pajajaran hanya
menempatkan seorang juru labuhan disana, bernama Pangeran Walangsungsang.
Seorang tokoh yang mempunyai hubungan darah dengan raja Pajajaran. Ketika
berhasil memajukan Cirebon, ia sudah menganut agama Islam.
Dari
Cirebon, Sunan Gunung Jati mengembangkan Islam ke daerah-daerah lain di Jawa
Barat seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa dan Banten.
Dasar pengembangan Islam dan perdagangan kaum muslimin di Banten diletakkan
oleh Sunan Gunung Jati. Ketika ia kembali ke Cirebon, Banten diserahkan kepada
anaknya, Sultan Hasanuddin. Sultan inilah yang menurunkan raja-raja Banten.
e) Banten
Sejak
sebelum zaman Islam, ketika masih berada dibawah kekuasaan raja-raja Sunda
(dari Pajajaran, atau mungkin sebelumnya), Banten sudah menjadi kota yang
berarti. Dalam tulisan Sunda Kuno, cerita Parahyangan, disebut-sebut nama
Wahenten Girang. Nama ini dapat dihubungkan dengan Banten, sebuah kota
pelabuhan di ujung pantai utara Jawa. Pada tahun 1524 atau 1525, Sunan Gunung
Jati, meletakkan dasar bagi pengembangan agama dan kerajaan Islam serta bagi
perdagangan orang-orang Islam disana.
Menurut
sumber tradisional, penguasa Pajajaran di Banten menerima Sunan Gunung Jati
dengan ramah tamah dan tertarik masuk Islam. Ia meratakan jalan bagi kegiatan
pengislaman disana. Dengan segera ia menjadi orang yang berkuasa atas kota itu
dengan bantuan tentara Jawa yang memang dimintanya. Namun, menurut cerita
Barros. Penyebaran Islam di Jawa Barat tidak melalui jalan damai. Sebagaimana
disebut oleh sumber-sumber tradisional. Beberapa pengislaman mungkin terjadi
secara sukarela, tetapi kekuasaan tidak diperoleh kecuali dengan menggunakan
kekerasan. Banten, dikatakan justru diserang tiba-tiba.
3. Tumbuh dan
Berkembangnya Kerajaan-Kerajaan Islam di Kalimantan, Maluku dan Sulawesi
a) Kalimantan
Kalimantan
terlalu luas untuk berada dibawah satu kekuasaan pada waktu datangnya Islam.
Daerah barat laut menerima Islam dari Malaya, daerah timur dari Makasar dan
wilayah selatan dari Jawa. Masuknya Islam di Kalimantan Selatan selalu
mengidentikkan dengan berdirinya kerajaan Banjarmasin, yang merupakan
kelanjutan dari kerajaan Daha yang beragama Hindu. Peristiwanya dimulai ketika
terjadi pertentangan dalam keluarga istana, antara Pangeran Samudera sebagai
pewaris sah kerajaan Daha dengan pamannya Pangeran Tumenggung.
Menurut
risalah Kutai (Kalimantan Timur), dua orang penyebar Islam tiba di Kutai pada
masa pemerintahan Raja Mahkota. Salah seorang di antaranya adalah Tuan di
Bandang, yang dikenal dengan Dato’ Ri Bandang dari Makasar, yang lain adalahnya
adalah Tuan Tunggang Paparangan. Setelah pengislaman itu, Dato’ Ri Bandang
kembali ke Makasar, sementara Tuan Tunggang Parangan tetap di Kutai. Melalui
yang terakhir inilah Raja Mahkota tunduk kepada keimanan Islam. Setelah itu,
segera dibangun sebuah masjid dan pengajaran agama dapat dimulai. Yang pertama
sekali mengikuti pengajaran itu adalah Raja Mahkota sendiri, kemudian Pangeran,
para menteri, panglima dan hulubalang dan akhirnya rakyat biasa.
b) Maluku
Islam
mencapai kepulauan rempah-rempah yang sekarang dikenal dengan Maluku ini pada
pertengahan terakhir abad ke-15, sekitar tahun 1460. Raja Ternate Vongi Tidore,
memeluk agama Islam. Ia mengambil istri keturunan ningrat dari Jawa. Di masa
itu, gelombang perdagangan muslim terus meningkat, sehingga raja menyerah pada
tekanan para pedagang muslim dan memutuskan belajar tentang Islam pada Madrasah
Giri. Di Giri, ia dikenal dengan nama Raja Bulawa atas raja Cengkeh, mungkin
karena ia membawa cengkeh dan yang terakhir kemudian dikenal sebagai penyebar
utama Islam di kepulauan Maluku.
c) Sulawesi
Kerajaan
Gowa-Tallo, kerajaan kembar yang saling berbatasan, biasanya disebut kerajaan
Makassar. Kerajaan ini terletak di semenanjung Barat Daya pulau Sulawesi, yang
merupakan daerah transito sangat strategis. Sejak Gowa-Tallo tampil sebagai
pusat perdagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan baik dengan Ternate yang
telah menerima Islam dari Gresik/Giri. Di bawah pemerintahan Sultan Babullah,
Ternate mengadakan perjanjian persahabatan dengan Gowa-Tallo. Ketika itulah,
raja Ternate berusaha mengajak penguasa Gowa-Tallo untuk menganut Islam. Tetapi
gagal. Baru pada waktu Datu’ Ri Bandang datang ke kerajaan Gowa-Tallo, agama
Islam mulai masuk ke kerajaan ini.
L. KERAJAAN ISLAM ZAMAN
PENJAJAHAN BELANDA
Keadaan
kerajaan-kerajaan Islam menjelang datangnya Belanda di akhir abad ke-16 dan
awal abad ke-17 ke Indonesia berbeda-beda, bukan hanya berkenaan dengan
kemajuan politik, tapi juga proses islamisasinya. Di Sumatera, penduduk sudah
Islam sekitar tiga abad, sementara di Maluku dan Sulawesi proses islamisasi
masih berlangsung.
Di
Sumatera, setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis, percaturan politik di selat
Malaka merupakan perjuangan segi tiga: Aceh, Portugis dan Johor yang merupakan
kelanjutan kerajaan Malaka Islam. Pada abad ke-16, tampaknya Aceh menjadi
lebih dominan, terutama karena pedagang muslim menghindar dari Malaka dan
memilih Aceh sebagai pelabuhan transit dan Aceh berusaha menarik perdagangan
internasional dan antar kepulauan Nusantara.
Di
Jawa, pusat kerajaan Islam sudah pindah dari pesisir ke pedalaman, yaitu dari
Demak ke Pajang kemudian ke Mataram. Berpindahnya pusat pemerintahan itu
membawa pengaruh besar yang sangat menentukan perkembangan sejarah Islam di
Jawa, diantaranya adalah:
1.
Kekuasaan dan sistem politik didasarkan atas basis agraris.
2.
Peranan daerah pesisir dalam pelayaran dan perdagangan mundur, demikian juga
peranan pedagang dan pelayar jawa, dan
3.
Terjadinya pergeseran pusat-pusat perdagangan dalam abad ke-17 dengan segala
akibatnya.
Pada
tahun 1619, seluruh Jawa Timur praktis sudah berada di bawah kekuasaan Mataram,
yang ketika itu di bawah sultan Agung. Pada masa pemerintahan Sultan Agung
inilah, kontak-kontak bersenjata antara kerajaan Mataram dengan VOC mulai
terjadi. Sementara itu, Banten di pantai Jawa Barat muncul sebagai simpul
penting antara lain karena perdagangan ladanya dan tempat penampungan pelarian
dari pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di samping itu, Banten juga menarik
perdagangan lada dari Indrapura, Lampung dan Palembang.
Sementara
itu, Maluku, Banda, Seram dan Ambon sebagai pangkal atau ujung perdagangan
rempah-rempah menjadi sasaran pedagang Barat yang ingin menguasainya dengan
politik monopolinya. Ternate dan Tidore dapat terus dan berhasil menggalakkan
dominasi total dari Portugis dan Spanyol. Namun, ia mendapatkan ancaman
dari Belanda yang datang ke Indonesia.
Tujuan
Belanda datang ke Indonesia, untuk mengembangkan usaha perdagangan, yaitu
mendapatkan rempah-rempah yang mahal harganya di Eropa. Perseroan Amesterdam
mengirim armada kapal dagangnya yang pertama ke Indonesia pada tahun 1595,
terdiri dari empat kapal. Melihat hasil yang diperoleh Perseroan Amesterdam
itu, banyak perseroan lain yang berdiri yang juga ingin berdagang dan berlayar
ke Indonesia.
Dalam
usaha mengembangkan perdagangannya, VOC Nampak ingin melakukan monopoli. Karena
itu, aktivitasnya yang ingin mneguasai perdagangan Indonesia menimbulkan
perlawanan pedagang-pedagang pribumi yang merasa kepentingannya terancam.
Sistem monopoli ini bertentangan dengan sistem tradisional yang dianut oleh
masyarakat. Sikap Belanda yang memaksakan kehendak dengan kekerasan makin
memperkuat sikap permusuhan pribumi. Namun, secara politis VOC dapat menguasai
sebagian besar wilayah Indonesia dalam waktu yang cepat.
Dari
sebab itulah muncul perlawanan-perlawanan dari orang pribumi untuk mengusir
Belanda dari Nusantara. Dan beberapa peristiwa perlawanan besar terjadi tanpa
mengucilkan peristiwa yang lain, yaitu: Perang Paderi di Minangkabau, Perang
diponegoro, Perang Banjarmasin, dan Perang Aceh.
M. ISLAM INDONESIA: ZAMAN MODERN
DAN KONTEMPORER
1. Gerakan Modern Islam
Pembaharuan
dalam Islam atau gerakan modern Islam merupakan jawaban yang ditujukan terhadap
krisis yang dihadapi umat Islam pada masanya. Kemunduran progresif kerajaan
Usmani yang merupakan pemangku khalifah Islam. Setelah abad ke-17, telah
melahirkan kebangkitan Islam dikalangan warga Arab. Yang terpenting diantaranya
gerakan wahabi, sebuah gerakan reformis puritanis (salafiyah).
Gerakan merupakan sarana yang menyiapkan jembatan kea rah pembaharuan Islam
abad 20 yang lebih bersifat intelektual. Katalisator terkenal gerakan
pembaharuan ini adalah Al-Afghani (1897). Ia mengajarkan solidaritas Pan-Islam
dan pertahanan terhadap imperialism Eropa, dengan kembali kepada Islam dalam
suasana yang secara ilmiah dimodernisasi.
Sementara
itu, hampir pada waktu bersamaan, pemerintahan penjajah menjalankan politik
etis, politik balas budi. Belanda mendirikan sekolah-sekolah formal bagi bumi
putra, terutama dari kalangan priyayi dan kaum bangsawan. Pendidikan Belanda
tersebut membuta mata kaum terpelajar akan kondisi masyarakat Indonesia.
Pengetahuan mereka akan kemiskinan, kebodohan dan ketertindasan mendorong
lahirnya organisasi-organisasi sosial, seperti Budi Utomo, Taman Siswa, Jong
Java, jong Sumatrenen Bond, Jong Ambon, Jong Selebes dan lain sebagainya.
2. Perjuangan
Kemerdekaan Umat Islam
Nasionalisme
dalam pengertian politik, baru muncul setalah Samanhudi menyerahkan tumpuk
pimpinan SDI kepada HOS Tjokroaminoto yang mengubah nama dan sifat organisasi
serta memperluas ruang geraknya. Sebagai organisasi pelopor nasionalisme
Indonesia, SI pada decade pertama adalah organisasi politik besar yang merekrut
anggotanya dari berbagai kelas dan aliran yang ada di Indonesia. Waktu itu,
ideology bangsa memang masih beragam dan semua bertekad untuk mencapai
kemerdekaan.
Demikianlah
SI memperjuangkan pemerintahan sendiri bagi pendudukan Indonesia, bebas dari
pemerintahan Belanda. Namun demikian, dalam perjalan sejarahnya, dikalangan
tokoh-tokoh dan organisasi-organisasi pergerakan, mulai terjadi perbedaan
taktik dan program; golongan revolusioner berhadapan dengan golongan moderat;
dan politik koperasi tidak berjalan dengan politik non-koperasi yang dilakukan
oleh golongan tertentu. Puncak perbedaan ini terjadi dalam tubuh SI sendiri,
yang memunculkan kekuatan baru dengan ideologinya sendiri, komunisme. Pemisahan
apa yang kemudian dikenal dengan PKI dari SI.
Di
awal 1940-an, Soekarno yang pernah mendalami ajaran Islam, mencoba mendamaikan
konflik-konflik itu dengan berusaha mengutip pendapat pemikir-pemikir pembaharu
di Negara Islam Timur Tengah, termasuk Turki. Namun, konsep politik Islamnya
lebih banyak merupakan penerapan sekulerisme, sebagaimana yang dilakukan oleh
Kemal Attaturk di Turki.
3. Organisasi
Politik dan Organisasi Sosial Islam
Pada
masa proklamasi 17 Agustus 1945, Piagam Jakarta sama sekali tidak digunakan.
Soekarno-Hatta justru membuat teks proklamasi yang lebih singkat, karena
ditulis secara tergesa-gesa. Perlu diketahui, menjelang kemerdekaan, setelah
Jepang tidak bisa menghindari kekalahan dari Negara sekutu, BPUPKI ditingkatkan
menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Berbeda dengan BPUPKI
yang khusus untuk pulau jawa, PPKI merupakan perwakilan daerah seluruh
kepulauan di Indonesia. Pada masa ini disebut juga masa Revolusi dan Demokrasi
liberal, yang mana organisasi politik pada saat ini antara lain; Masyumi, PSII,
Perti, dan NU.
Pada masa demokrasi
terpimpin, hanya partai Masyumi yang keluar dari barisan dan yang lainnya masih
tetap. Sedangkan pada masa Orde Baru; Golkar, PDI dan PPP.
N. PUSAT-PUSAT PERADABAN
ISLAM
1.Baghdad
Kota
Baghdad didirikan oleh khalifah Abbasiyah II, Al-Manshur (754-755 M). setelah
mencari daerah-daerah yang strategis untuk ibu kotanya, pilihan jatuh pada
daerah yang sekarang dinamakan Baghdad, terletak dipinggir sungai Tigris.
Al-Manshur sangat cermat dan teliti dalam memilih lokasi yang akan dijadikan
ibu kota. Ia menugaskan beberapa orang ahli untuk meneliti dan mempelajari
lokasi. Bahkan ada beberapa orang yang diperintahkan untuk tinggal beberapa
hari ditempat itu pada musim yang berbeda, kemudian para ahli melaporkan
tentang keadaan udara, tanah, dan lingkungan. Setelah dengan seksama daerah itu
ditetapkan sebagai ibu kota dan pembangunanpun dimulai.
Dalam
membangun kota, khalifah mempekerjakan ahli bangunan yang terdiri dari
arsitektur, tukang batu, tukang kayu, ahli pahat, dan lain-lain. Mereka
didatangkan dari Syiria, Mosul, Basrah, dan Kufah yang berjumlah sekitar
100.000 orang. Kota ini berbentuk bundar. Di sekelilingnya dibangun tembok yang
tinggi dan besar.
Dari
kota inilah memancar sianr kebudayaan dan peradaban Islam ke seluruh dunia.
Prestise politik, supremasi ekonomi, dan aktivitas intelektual merupakan tiga
keistimewaan kota ini. Kebesarannya tidak terbatas pada negeri Arab,
tetapi meliputi seluruh negeri Islam. Baghdad ketika itu menjadi pusat
peradaban dan kebudayaan yang tertinggi di dunia. Ilmu pengetahuan dan sastra
berkembang sangat pesat. Banyak buku filsafat yang sebelumnya dipandang sudah
“mati” dihidupkan kembali dengan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Khalifah
Al-Ma’mun memiliki perpustakaan yang dipenuhi ribuan buku ilmu pengetahuan.
Perpustakaan itu bernama Bait al-Hikmah.
Di
samping itu, banyak berdiri akademi, sekolah tinggi, dan sekolah biasa yang
memenuhi seluruh kota. Dua di antaranya yang terpenting adalah perguruan
Nizhamiyyah, didirikan oleh Nizam al-Mulk, wazir sultan Saljuk dan perguruan
Mustanshiriyah, didirikan dua abad kemudian oleh Khalifah al-Mustanshir Billah.
2. Kairo (Mesir)
Kota
Kairo dibangun pada 17 Sya’ban 358 H/969 M oleh Panglima perang Dinasti
Fathimiah yang beraliran Syi’ah. Jawhar Al-Siqili, atas perintah Fathimiah,
Al-Mu’izz Lidinillah (953-975 M), sebagai ibu kota kerajaan dinasti tersebut.
Bentuk kota ini merupakan segi empat. Disekelilingnya dibangun pagar tembok
besar dan tinggi, yang sampai sekarang masih ditemui peninggalannya. Pagar
tembok ini memanjang dari Masjid ibn Thulun sampai ke Qal’at Al-Jabal. Daerah
yang dilalui oleh dinding ini sekarang disebut al-Husniyah, Bab al-Luk,
Syibra, dan Ahya Bulaq.
Kota
yang terletak di tepi Sungai Nil ini mengalami tiga kali masa kejayaan, yaitu
pada masa dinasti Fathimiah, Shalah al-Din al-Ayyubi dan di bawah Baybars dan
an-Nashir pada masa dinasti Mamalik. Dinasti Fahtimiah ditumbangkan oleh
dinasti ayyubiyah yang didirikan oleh Shalah al-Din al-Ayyubi, seorang pahlawan
Islam yang terkenal dalam perang Salib. Ia tetap mempertahankan lembaga-lembaga
yang didirikan oleh dinasti Fathimiah tetapi mengubah orientasi keagamaannya
dari Syi’ah kepada Sunni. Ia juga mendirikan lembaga-lembaga baru, terutama
masjid yang dilengkapi dengan tempat belajar teologi dan hukum. Karya-karya
ilmiah yang muncul pada masanya dan sesudahnya adalah kamus-kamus biografi,
compendium sejarah, manual hukum, dan komentar-komentar teologi. Ilmu
kedokteran diajarkan di rumah-rumah sakit. Prestasinya yang lain adalah
didirikannya sebuah rumah sakit bagi orang yang cacat pikiran.
3. Isfahan
(Persia)
Isfihan
adalah kota terkenal di Persia, pernah menjadi ibu kota kerajaan Safawi. Kota
ini merupakan gabungan dari dua kota sebelumnya, yaitu Jayy, tempat
berdirinya Syahrastan dan Yahudiyah yang didirikan oleh
Buchtanashshar atas anjuran istrinya yang beragama Yahudi.
Ketika
raja Safawi, Abbas I, menjadikan isfihan sebagai ibu kota kerajaannya, kota ini
terletak di atas sungai Zandah. Di atas sungai ini terbentang tiga buah
jembatan yang megah dan indah, satu diantaranya terletak ditengah kota.
Sementara dua lainnya dipinggiran kota. Kota ini ketika berada di kekuasaan
Safawi, dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari tanah dengan delapan buah
pintu. Di dalam kotak berdiri banyak bangunan, seperti istana-istana,
sekolah-sekolah, masjid, menara, pasar dan ruamh-rumah yang indah, terukir rapi
dengan warna yang menarik. Masjid Syah yang didirikan oleh Abbas , merupakan
salah satu masjid terindah di dunia. Pintunya dilapisi dengan perak. Disamping
itu, juga ada lapangan dan tanaman yang terawatt baik dan menawan.
4. Istanbul
(Turki)
Istanbul
adalah ibu kota kerajaan Turki Usmani. Kota ini sebelumnya merukan ibu kota
kerajaan Romawi Timur, yang bernama Konstantinopel. Sebagai ibu kota, di
sinilah tempat berkembangnya kebudayaan Turki yang merupakan perpaduan
bermacam-macam kebudayaan. Bangsa Turki Usmani banyak mengambil pelajaran etika
dan politik dari bangsa Persia. Sebagai bangsa yang berasal dari Asia Tengah,
Turki memang suka berasimilasi dan senang bergaul dengan bangsa lain. Dalam
bidang kemeliteran dan kepemerintahan, kebudayaan Bizantium banyak mempengaruhi
kerajaan Turki Usmani. Namun, jauh sebelum mereka berasimilasi dengan bangsa
lain, sejak pertama mereka masuk Islam, bangsa Arab sudah menjadi guru mereka
dalam bidang agama, ilmu, prinsip-prinsip kemasyarakatan, hokum, huruf Arab
dijadikan huruf resmi kerajaan.
O. PERADABAN ISLAM DI
INDONESIA
1. Sebelum Kemerdekaan
Oleh
karena penyebaran Islam di Indonesia pertama-tama dilakukan oleh para pedagang.
Pertumbuhan komunitas Islam bermula di berbagai pelabuhan-pelabuhan penting
Sumatera, Jawa dan pulau lainnya. Kerajaan-kerajaan Islam yang bertama berdiri
juga berasal dari pesisir. Demikian halnya dengan kerajaan Samudera Pasai,
Aceh, Demak, Banten dan Cirebon, Ternate dan Tidore. Dari sana kemudian Islam
menyebar dan hampir merata di berbagai wilayah Nusantara.
Di
samping merupakan pusat-pusat politik dan perdagangan, ibu kota kerajaan juga
merupakan tempat berkumpul para ulama. Ibn Bathuthah menceritakan, sultan
kerajaan Samudera Pasai, Sultan al-Malik al-Zahir, dikelilingi oleh ulama dan
mubalig Islam, dan raja-raja sendiri sangat menggemari diskusi mengenai
masalah-masalah keagamaan. Raja Aceh mengngkat para ulama untuk dijadikan
sebagai penasihat dan pejabat di bidang keagamaan. Sultan Iskandar Muda
mengangkat Syaikh Syamsuddin al-Sumatrani mejadi mufti kerajaan Aceh, Sultan
Iskandar Tsani mengangkat Syikh Nuruddin al-Raniri menjadi mufti kerajaan.
Kedudukan
ulama sebagai penasihat raja, terutama dalam bidang keagamaan juga terdapat di
kerajaan-kerajaan Islam lainnya. Di Demak, penasihat Raden Fatah adalah para Wali,
terutama Sunan Ampel dan Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati bahkan disamping
berperan sebagai guru agama dan mubalig, juga langsung berperan sebagai kepala
pemerintahan. Di Ternate, sultan dibantu oleh sebuah badan penasihat atau
lembaga adat. Pada umumnya badan ini beranggotakan para ulama.
2. Setelah Kemerdekaan
Sebagaimana
telah disebutkan sebelumnya, sejak awal kebangkitan nasional, posisi agama
sudah mulai dibicarakan dalam kaitannya dengan poltik atau Negara. Ada dua
pendapat yang didukung oleh dua golongan yang bertentangan tentang hal itu.
Satu golongan berpendapat; Negara Indonesia merdeka hendaknya merupakan Negara
“sekuler”, Negara yang dengan jelas memisahkan persoalan agama dan politik,
sebagaimana diterapkan di Negara Turki oleh Mustafa Kemal. Golongan lainnya
berpendapat; Negara Indonesia merdeka adalah “Negara Islam”. Kedua pendapat ini
terlihat sebelum kemerdekaan dalam polemik antara Soekarno dengan Agus Salim.
Meskipun
persoalan itu belum selesai dipecahkan, tampaknya para pemimpin bangsa
Indonesia sudah bergerak memikirkan alternative “jalan tengah” dari dua
pendapat tersebut. Mereka menganjurkan suatu Negara yang mempunyai dasar
keagamaan secara umum dan pemerintah mengakui nilai keagamaan yang positif,
karena itu akan memajukan kegiatan keagamaan. Dalam kerangka itulah, Departemen
Agama didirikan, yang menangani berbagai macam persoalan tentang keagamaan,
antara lain: pendidikan, haji, hokum Islam,dan MUI.
ANALISIS …..
Kelebihan buku ini adalah Memberikan
banyak sekali pengetahuan mengenai sejarah peradaban Islam. Sehingga layak
untuk dibaca tidak hanya oleh para akademisi namun bagi siapapun yang ingin
mengetahui sejarah peradaban Islam secra lebih lanjut. Bahasa yang digunakan
dalam buku ini dapat dikaakan efektif, mudah dan sederhana.Buku ini memuat
tentang silsilah raja-raja dari dinasti-dinasti yang berkuasa sehingga
memudahkan para pembaca dalam mengetahui silsilah keturunan para raja-raja
tersebut.
Keistimewaan
Buku
Keistimewaan dari buku Sejarah
Peradaban Islam ( Dirasah Islamiyah II ) karya Dr. Yatim Badri, M.A
dibandingkan buku lainya terlihat dari isi buku dimana di dalam buku ini
memberikan gambaran yang cukup luas tentang Sejarah Peradaban Islam dan segala
ragam jenisnya yang bisa dijadikan pelajaran sejarah. Selain itu penulis
memberikan pendekatan yang relevan dalam memberikan pengarahan pada para
pembacanya dengan menggunakan bahasa yang lugas padat dan tepat sehingga buku
ini layak untuk dibaca siapa saja.
Kekurangan
Buku
Pembahasan hanya sampai pada masa
kemerdekaan negara-negara Islam, jadi tidak termasuk perkembangan negara-negara
islam setelah merdeka ,Pembahasan mengenai perjuangan kaum muslimin di dalam
menegakkan negara tidak rinci, karena banyak sekali negara Islam yang harus dipaparkan
dalam buku kecil ini.Pergolakkan pemikiran politik di negara-negara Islam dalam
rangka menegakkan ajaran Islam dalam negara modern juga tidak banyak diungkap.
Lembaga-lembaga keagamaan dan peradaban negara Islam dalam Islam modern tidak
tersingkap.
Kelemahan lain yaitu di beberapa
halaman seperti halaman 19 pada buku ini terdapat ayat-ayat Al-Quran yang hanya
berupa terjemahannya saja.Perkembangan Islam pada masa reformasi tidak
diungkap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar